NUANSA ILMU

Situs yang bernuansa ilmu untuk semua informasi tentang pendidikan olahraga, kesehatan, sosial, bisnis, pariwisata, serta teknologi

Nuansa ilmu. Diberdayakan oleh Blogger.

ONE STOP INFO

Custom Search
TSenin, November 30, 2015

Antisipasi Penyakit Musiman Di awal Musim penghujan

Nuansa Ilmu - Berbagai persoalan timbul ketika musim hujan tiba. Selain dihadapkan dengan bencana alam seperti banjir atau tanah longsor, beberapa penyakit juga berjangkit di musim hujan.  Sebut saja,  seperti influenza atau flu, demam berdarah, dan diare. Bahkan, banyak penyakit yang semula tidak menjalar, menjadi berjangkit di musim hujan. Untuk itu, perlu antisipasi menghadapi barbagai macam penyakit di musim penghujan.

Musim penghujan di Indonesia pada umumnya jatuh pada bulan Oktober sampai dengan Maret setiap tahunnya. Perubahan pola iklim dunia yang terjadi dalam dua dasawarsa terakhir, menggeser pola curah hujan, yang justru sering terjadi di bulan periode panas. Secara khusus, frekuensi curah hujan setiap kota  berbeda-beda.



Di Jakarta, intesitas hujan lebat dalam waktu lama selama bulan Desember sampai Januari bervariasi,,mulai dari sedang sampai tinggi. Akibat intensitas hujan yang tinggi beberapa wilayah Jakarta terendam banjir. Setelah banjir surut dan frekuensi maupun intensitas hujan rendah, maka saat-saat tersebut perlu diwaspadai menjalarnya penyakit di sekitar kita.

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyatakan bahwa secara umum awal musim hujan 2012/2013 di sebagian besar daerah terjadi pada bulan Oktober, Nopember dan Desember 2012. Kepala BMKG, Dr. Ir. Sri Woro B. Harijono, M. Sc mengatakan bahwa ada tiga faktor pengendali curah hujan di Indonesia, yaitu ENSO, STT Indonesia, dan Dipole Mode.

BMKG menyebutkan bahwa curah hujan untuk kawasan Jakarta diprediksi akan mengalami puncak musim hujan sepanjang Januari dan Februari. Selama periode ini, curah hujan bulanan berada pada kisaran normal antara 200-300 milimeter. Untuk kawasan Bogor dan Puncak, curah hujan tinggi juga masih akan terjadi sepanjang Januari dan Februari yaitu sekitar 300-400 milimeter. Maka dari itu, wilayah Jakarta dan sekitarnya tetap harus waspada untuk satu bulan kedepan.

Di Indonesia, total kematian akibar penyakit musiman berkisar 1.358 kasus (Case Fatality Rate: 0,84 %). Ada 5 propinsi terbesar kasus demam berdarah deque (DBD) yaitu Bali, DKI Jakarta, Kalimantan Timur, Yogyakarta, dan Kepulauan Riau. Artinya, Provinsi DKI Jakarta ternyata menjadi penyumbang kedua terbesar kasus DBD secara nasional. Berdasarkan angka kejadian, Jakarta berada  di bawah Provinsi Bali yang berada di urutan pertama.

Penyakit Di Musim Hujan
Kesiagaan masyarakat terhadap penyakit musiman perlu diikuti kesadaran masyarakat mengenai informasi yang berhubungan dengan kesehatan dalam menghadapi penyakit pada musim penghujan. Beberapa penyakit yang sering terjadi antara lain:
Penyakit yang disebabkan oleh virus berbahaya : flu, demam berdarah, diare dan muntah.
Penyakit yang disebabkan oleh bakteri dan parasit : diare, disentri, cacingan. Biasanya muncul karena volume air yang meluap ditambah dengan tersumbatnya saluran air yang menyebabkan bakteri dan parasit dari bahan makanan bekas atau kotoran yang terbawa air ke permukaan menyebar.
Penyakit kulit yang disebabkan jamur, biasanya ini dikarenakan kelembaban pada pakaian yang tidak bisa dikeringkan dengan baik, menyebabkan jamur kulit seperti di selangkangan, sela jari kaki, lipat payudara.
Penyakit lain yang disebabkan oleh perubahan cuaca : asma dan hidung tersumbat.
Adapun penyakit yang perlu mendapat penanganan intensif berhubungan dengan bakteri dan virus yang tersembunyi saat musim kemarau dan ketika hujan, air membawa kotoran ke tempat yang lebih terbuka. Kotoran tersebut merupakan tempat potensial berbagai kuman penyakit, termasuk didalamnya kotoran berbagai hewan khususnya tikus, cicak dan beberapa hewan lain.
Tikus biasanya membawa bakteri yang bernama Leptospira sp. dan dapat menularkannya kepada manusia. Bakteri Leptospira sp. dapat menyebabkan penyakit yang biasa dikenal dengan penyakit kuning atau Leptospirosis. Bakteri tersebut ditularkan kepada manusia lewat air seni. Gejala penyakit yang disebabkan oleh bakteri Leptospira sp. berupa pegal linu, meriang, biasanya disertai flu, demam tinggi, mata dan kulit kuning dan pada keadaan lanjut bisa mengalami perdarahan hebat baik pada kulit, saluran pencernaan maupun saluran kemih.
Selain penyakit kuning, penyakit lain yang biasa menyerang pada musim hujan adalah demam berdarah, dimana penyakit tersebut diakibatkan oleh gigitan nyamuk Aedes Aegypti. Aedes Aegypti juga merupakan pembawa virus demam kuning (yellow fever) dan chikungunya.
Tindakan Medis
Tindakan medis dengan merujuk ke puskesmas, rumah sakit terdekat tentu sangat dianjurkan bila terkena penyakit tersebut. Tidak perlu panik berlebihan bila mendapati anggota keluarga, saudara, teman ataupun tetangga mendapati penyakit kuning, demam berdarah dan lain sebagainya. Sebagai informasi, untuk mengetahui gejala seperti penyakit demam berdarah, timbul setelah melewati masa inkubasi 3 sampai dengan 5 hari sejak seseorang terserang virus dengue. Setelah 3 sampai 5 hari, gejala yang akan timbul adalah:
Suhu badan naik antara 38-40 derajat celsius disertai dengan demam dan panas selama dua sampai tujuh hari berturut-turut. Demam kadang disertai dengan bintik merah namun terkadang juga tidak menunjukkan bintik merah, tetapi akan jelas terlihat apabila diperiksa dengan metoda uji torniquet.
Panas badan bisa turun atau naik dan bisa juga tidak turun sama sekali sepanjang hari.
Perasaan menggigil, hilangnya nafsu makan dan minum serta disertai rasa mual yang mendorong untuk muntah, terkadang sering terasa nyeri di kepala.
Nafas tak beraturan dan terasa sesak.
Terasa nyeri saat menggerakan bola mata dan nyeri punggung pada awal gejala.
Otot di seluruh bagian tubuh terasa pegal dan nyeri.
Kulit menjadi nampak kemerahan, terutama di bagian muka.
Buang air besar berwarna hitam dan keras. Gejala ini terlihat jika trombosit sudah mulai rendah kira-kira di bawah 100.000/mm3 dan terjadi peningkatan hematokritdiatas 20 %. Kadar trombosit bisa diketahui dengan tes darah di laboratorium.
Antisipasi dan Pencegahan
Pencegahan dapat dilakukan lebih dini terhadap munculnya penyakit yang dibawa oleh air saat musim penghujan maupun pasca musim penghujan. Berikut ini beberapa pencegahan yang dapat dilakukan adalah:
Memperhatikan lingkungan agar tetap bersih, terutama setelah hujan datang.
Terapkan konsep 3 M (Menutup, Mengubur, Menguras), terutama pada masa awal musim hujan, yang berguna untuk pencegahan penyebarluasan penyakit demam berdarah.
Pengawasan dan perbaikan kualitas air, pembuangan kotoran, pengelolaan sampah.
Pemberian kaporit dan aquatab sebagai bahan penyuci hama untuk air, PAC yaitu serbuk yang dapat digunakan untuk menjernihkan air secara cepat, kantung plastik digunakan sebagai tempat sampah, lisol untuk penyuci hama, abate untuk membunuh jentik-jentik nyamuk.
Selain menjaga lingkungan, faktor lain yang dapat dilakukan adalah menjaga tubuh agar tetap bugar, antara lain:
Perbanyak konsumsi sayur dan buah.
Cuci tangan sebelum makan dengan sabun atau antiseptik.
Perhatikan makanan dan minuman dengan menjaga kualitas dan kebersihan makanan.
Hindari atau kurangi mengkonsumsi makanan dan minuman yang bersuhu rendah, goreng-gorengan serta makanan dan minuman yang terlalu manis, karena akan merangsang dan mudah mengiritasi tenggorokan.
Konsumsi suplemen dan multivitamin jika dalam sehari melakukan aktifitas penuh dari pagi sampai malam, terlebih jika merasa bahwa asupan makan dan minuman yang dikonsumsi tidak seimbang.
Masalah penyakit yang sering menyerang pada musim hujan, juga mendapat sorotan penuh dari pemerintah melalui Kementerian Kesehatan. Oleh sebab itu, sebagai antisipasi penyakit dengan datangnya musim penghujan saat ini, Kementerian Kesehatan telah melakukan berbagai upaya, diantaranya:
Meningkatkan promosi Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS), terutama dalam hal penggunaan air bersih; cuci tangan dengan air bersih dan sabun; penggunaan jamban sehat; pemberantasan jentik di rumah, sekolah, kantor, dan lingkungan sekitar; konsumsi buah dan sayur setiap hari; beraktivitas fisik setiap hari; membuang sampah pada tempatnya; tidak meludah sembarangan; serta penggunaan alat pelindung diri, misalnya memakai sepatu boot saat terjadi banjir untuk menghindari infeksi leptospira, memakai lotion anti nyamuk di wilayah rawan atau endemis demam berdarah, dan lain-lain.
Meningkatkan kewaspadaan dini peningkatan penyakit dengan surveilans melalui sarana yang tersedia.
Meningkatkan pengawasan faktor risiko lingkungan (higiene sanitasi air dan lingkungan, tempat perindukan nyamuk, dan lain-lain) terutama di daerah banjir dan rawan banjir yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan setempat bekerjasama dengan Balai/Balai Besar Teknis Kesehatan Lingkungan Pemberantasan Penyakit Menular (B/BTKL PPM).
Menyediakan logistik bahan penjernih air (PAC, pembersih air cepat) di wilayah yang sulit mendapatkan air bersih bila diperlukan.
Menyiapkan obat dan alat kesehatan yang memadai di Puskesmas, Rumah Sakit dan sarana pelayanan kesehatan.
Berkoordinasi dengan dinas kesehatan provinsi dan Unit Pelaksana Teknis (UPT) Kementerian Kesehatan seperti KKP dan B/BTKL, serta lintas sektor.


Badan Intelijen Negara (Dari berbagai sumber)

Bagikan :
+
Previous
Next Post »
0 Komentar untuk "Antisipasi Penyakit Musiman Di awal Musim penghujan"

 
Copyright © 2015 NUANSA ILMU - All Rights Reserved
Template By Kunci Dunia
Back To Top